BABAT POST – Sebenarnya pola hidup yang benar tidaklah susah akan tetapi juga tidaklah gampang, karena setiap mempunyai kondisi tubuh yang berbeda-beda, ada yang bergadang tiap hari, akan tetapi tidak mempengaruhi kesehatannya, akan tetapi ada yang bergadang hanya 1 hari langsung mengalami demam atau meriang. Hal ini disebabkan daya tahan seseorang yang berbeda-beda.
Agar bisa menjalani pola hidup yang sehat, kita harus mempunyai niat yang kuat, bila memiliki niat yang kuat maka yang harus dimiliki lagi adalah rasa kemauan yang kuat. Dengan adanya kemauan maka akan tercipta rasa kemampuan untuk bisa menjalani pola hidup yang sehat.
Berikut ini adalah langkah – langkah pola hidup sehat :
- Berolahraga
- Menjaga pola makan
- Menciptakan lingkungan yang sehat
- Istirahat yang cukup
Mengajarkan pentingnya pola makan sehat memang penting, tapi hal itu seringkali tak berhasil membuat orang mengubah pola makannya.
Sulitnya mengubah kebiasaan makan seseorang juga dipengaruhi oleh bagaimana orang itu memandang makanan. Orang gemuk diketahui memiliki pandangan berbeda terhadap makanan dengan orang kurus.
Dalam penelitian terungkap, orang gemuk yang impulsif lebih mudah “menyerah” pada efek menarik dari makanan tidak sehat. Pilihan akan makanan tidak sehat tersebut juga sering dilakukan secara tidak sadar.
Perbedaan lain berdasarkan pemeriksaan teknologi MRI menemukan, area otak yang bertanggung jawab memproses sebuah pilihan ternyata lebih tipis pada otak orang gemuk dibanding pada orang kurus.
Ketika diberi teori tentang pilihan makanan, baik orang gemuk dan kurus sama-sama memilih makanan yang sehat. Tapi, ketika menghadapi berbagai makanan di meja, orang gemuk cenderung mengambil makanan yang sebenarnya tidak sehat. Mereka tidak bisa konsisten dengan pilihannya ketika diberi teori tentang pola makan sehat.
Selain berat badan, ternyata pilihan seseorang pada makanan juga dipengaruhi status ekonominya. Yang menarik, orang yang waktu kecilnya merasa tidak aman (insecure) dengan makanan cenderung lebih gemuk.
Tidak aman dengan makanan yang dimaksud adalah ketiadaan makanan di rumah saat mereka membutuhkannya. Nah, anak-anak yang waktu kecilnya dibesarkan dalam kondisi demikian, misalnya karena orangtuanya tidak mampu, cenderung kegemukan saat dewasa.
“Kelaparan dan obesitas berada pada satu sisi dalam koin malnutrisi. Kelaparan adalah tanda eksklusif dari kemiskinan, dan kegemukan berlebih adalah salah satu tanda dari kemiskinan,” kata Joel Berg, direktur eksektif koalisi melawan kelaparan dari New York City, AS.
Ketiadaan makanan di masa kecil ternyata dapat menyebabkan seseorang mengambil pilihan yang salah ketika dihadapkan pada variasi makanan. Pilihan yang diambil lebih banyak mengandung kalori tinggi.