Game Kekerasan Mengakibatkan Orang Lebih Agresif

BABAT POST – Game memang ada beberapa genre, salah satunya yakni game dengan tema kekerasan. Game kekerasan merupakan salah satu genre yang sangat terkenal dalam dunia gaming. Di antara game kekerasan terdapat golonganya sendiri-sendiri seperti contoh game tersadis dan juga terkejam.

Selama ini ada banyak penelitian yang mengindikasikan bahwa kekerasan dalam video game membuat pemainnya menjadi agresif dan anti-sosial di dunia nyata. Namun ada bukti terbaru yang menunjukkan hal sebaliknya.

Bukti tersebut berupa hasil perbandingan pengujian menggunakan magnetic resonance image (MRI) pada otak seseorang yang memainkan game berunsur kekerasan dengan orang yang tidak. Pemindaian otak dilakukan saat kedua tipe responden tersebut diperlihatkan berbagai gambar yang memicu emosi.

Berita Terkait :  Update Pokemon Go anda, ada apa aja di update ini yah ?

Hasilnya, sebagaimana dilansir KompasTekno dariTechtimes, Sabtu (11/3/2017), orang yang sudah lama memainkan game kekerasan terlihat menunjukkan tanda-tanda reaksi syaraf serupa dengan orang yang sama sekali tidak memainkan game sejenis.

Dr. Gregor Szycik, ketua penulis penelitian sekaligus profesor di Hannover Medical School, menjelaskan bahwa seluruh respondennya adalah pria. Pemilihan ini dilakukan karena hingga saat ini tindakan agresif cenderung umum terlihat pada pria yang rata-rata menyukai game bernuansa kekerasan.

Responden yang dihadirkan seluruhnya merupakan pemain game berpengalaman dan pernah memainkan game first person shooter seperti Call of Duty selama empat tahun. Sepanjang tahun itu mereka memainkannya dalam durasi dua jam per hari.

Berita Terkait :  Panas! 5 Pro Player Ini Pernah Berselisih dengan Timnya Sendiri!

Setiap habis bermain game, tim peneliti melakukan pemindaian syaraf sebagai antisipasi jika terjadi pengaruh tertentu. Hasil pemindaian ini juga dibandingkan dengan responden lain. Selain itu, responden juga diminta mengisi kuis psikologis untuk mengukur tingkat empati serta potensi agresi mereka.

Berikutnya, mereka juga diminta melihat serangkaian gambar yang dirancang untuk memicu reaksi emosi. Sementara itu pemindai MRI dipasang untuk mengetahui reaksi syaraf mereka.

Hasil penelitian Szycik dan timnya telah dipublikasikan dalam jurnal Frontiers in Psychology. Dia berharap hasil penelitian ini akan membuka awal baru untuk penelitan lain yang lebih mendalam.

Related posts