Luar Biasa, Semua Gol Dicetak dengan Status sebagai Pemain Pengganti

Luar Biasa, Semua Gol Dicetak dengan Status sebagai Pemain Pengganti

BabatPost.com-Liga 3 Jawa Timur musim 2021 melambungkan sosok Wahyu Adi Priyanto. Striker Deltras Sidoarjo itu menjadi top scorer dengan sembilan gol. Menariknya, semua gol dicetak pemain yang akrab disapa Beton itu ketika dirinya bermain sebagai pemain pengganti.

———

Read More

Tak pernah terbayangkan Wahyu Adi Priyanto bakal bisa meraih predikat top scorer Liga 3 Jawa Timur. Itu jika menengok ke masa lalunya. Tepatnya ketika masih berusia 8 tahun. Saat itu, dia memutuskan ’’melawan’’ sang ayah yang melarangnya bermain bola.

Tapi, bukan tanpa alasan Beton dilarang dekat-dekat dengan si kulit bundar. Itu karena dia mengidap penyakit pernapasan. Napasnya terengah-engah, tidak normal. Segala pengobatan dicoba, tapi hasilnya nihil. ’’Ayah takut saya kenapa-kenapa kalau main bola, makanya dilarang,’’ kenangnya.

Namun, keinginannya untuk bermain bola saat itu sangat besar. Saat dilarang, pemain asal Sambongrejo, Semanding, Tuban, itu pun memberontak. ’’Saya ambil batu, saya lempar jendela rumah saya. Setelah itu ternyata diizinkan main bola,’’ katanya, lantas tertawa.

Berita Terkait :  Di Sini Mainnya Cepat, Butuh Pemain Berfisik Kuat

Ketakutan sang ayah perlahan menghilang. Melalui sepak bola, penyakit pernapasan yang dialami Wahyu perlahan hilang. Sampai saat ini, dia sehat tanpa ada keluhan apa pun.

Wahyu mengawali karier bersama SSB Semen Gresik di Tuban. Sejak 2010 sampai 2015. ’’Tahun 2015 ketika saya kelas 2 SMP sempat berhenti main bola. Karena kenakalan remaja,’’ ucapnya.

Beton mengaku benar-benar jadi anak bandel saat itu. Bolos, tawuran, hingga kenakalan lain pernah dilakukannya. Malah dia sempat tidak naik kelas ketika SMP. ’’Dulu hampir tiap minggu ada orang datang ke rumah marah-marah karena anaknya saya pukuli,’’ tuturnya.

Tapi, perlahan, berkat sepak bola, dia meninggalkan seluruh aktivitas buruknya. Sepak bola membuatnya tidak punya waktu lagi untuk berbuat bandel.

’’SMA saya masuk ke BSP (Bina Sepak Bola Prestasi) Tuban. Di situ saya total. Latihan sehari tiga kali. Sudah tidak bisa macam-macam lagi,’’ ungkap pemain kelahiran 2 Februari 2002 itu.

Karena latihan keras yang dijalani, bakatnya pun terendus klub. Pada 2019, dia masuk Persela Lamongan U-18 ketika berusia 17 tahun. Lalu, di tahun selanjutnya, dia ikut seleksi Bhayangkara FC U-20 yang dinakhodai Nurul Huda, asisten pelatih Deltras saat ini. ’’Karena korona, akhirnya tidak jadi,’’ katanya.

Berita Terkait :  Laga Sangat Keras Lawan Deltras, Kiper Jambi United Dilarikan ke RS

Koneksi dengan Nurul Huda itulah yang akhirnya membawanya bergabung dengan Deltras yang ketika masa persiapan hanya punya satu penyerang. Yakni, Martinus Novianto.

Beton sempat ikut dengan PSAD karena sang kakak adalah anggota TNI-AD. Di awal tahun ini, dia sempat berlatih bersama PSAD.

Huda yang sedang mencari sosok pelapis Martinus menemukan Wahyu ketika PSAD melakukan uji coba di Stadion Gelora Delta, Sidoarjo.

Karena sudah tahu kualitas Wahyu, Huda langsung mengajak sang pemain ikut seleksi ketika Deltras menggelar training camp di Kota Batu tiga bulan lalu. ’’Waktu uji coba lawan NZR Sumbersari saya main. Setelahnya saya direkrut Deltras,’’ paparnya.

Pemain 19 tahun itu juga sadar, sosok Martinus membuatnya bakal jadi pemain cadangan. Tapi, itu tidak masalah buatnya. ’’Malah saya pikir jadi keuntungan tersendiri jadi pemain cadangan,’’ tegasnya.

Dia bisa melihat kelemahan lini belakang lawan dari bench dan bisa berpikir apa yang harus dilakukan ketika nanti dimainkan.

Berita Terkait :  Sekjen PSSI Jelaskan Surat FIFA soal Kick Off Maksimal Pukul 17.00

’’Alhamdulillah, selama ini jadi pengganti, saya tidak cetak gol hanya ketika melawan Persikoba Kota Batu dan Gresik United saja,’’ ujarnya.

Seluruhnya, lima pertandingan lain, tukang gedor yang juga sempat punya julukan Wakanda itu selalu mencatatkan namanya di papan skor. Tentu, dengan predikat pemain pengganti.

Pengidola Boaz Solossa itu menyatakan, dirinya tidak pernah berpikir bisa jadi top scorer Liga 3 zona Jatim. Bisa dipercaya bermain saja dia sangat bersyukur. ’’Yang terpenting bagi saya bisa membantu Deltras menang,’’ bebernya.

Karena itu, dia tidak menargetkan jadi top scorer ketika nanti Deltras masuk ke Liga 3 nasional. Bagi dia, predikat top scorer adalah bonus. ’’Yang penting saya cetak gol dan bawa Deltras menang. Karena tugas saya sebagai striker hanya cetak gol,’’ ungkapnya.

Soal julukan Beton yang kini melekat, Wahyu mengaku lupa siapa yang memberi julukan tersebut. Dia hanya ingat Deltamania dan rekan-rekan setim mendadak memberi panggilan kepadanya Beton karena karakter bermainnya. ’’Saya kan mainnya ngeyel. Berani tabrak-tabrak lawan. Mungkin gara-gara itu dijuluki Beton,’’ bebernya.

Related posts