Revolusi Industri Kreatif dengan Mesin Cetak 3D

Revolusi Industri Kreatif dengan Mesin Cetak 3D
Revolusi Industri Kreatif dengan Mesin Cetak 3D

BabatPost.com – Hadirnya teknologi Mesin cetak tiga dimensi atau 3D mampu merevolusi berbagai industri di sebuah negara. Mesin cetak 3D tidak hanya dapat mencetak objek-objek tiga dimensi seperti perkakas, akan tetapi mesin cetak 3D mampu mencetak organ tubuh manusia.

“Tidak diragukan bahwa mesin cetak 3D memiliki potensi untuk merevolusi berbagai industri dan pasar di China. Masalahnya adalah begitu banyak klaim yang aneh-aneh apa yang dapat dilakukan oleh teknologi ini, ada yang benar-benar percaya bahwa organ tubuh manusia dapat dicetak di rumah Anda sendiri,” ujar Wijaya Ng, Direktur Consulting di Ipsos Bisnis Consulting Greater China melalui keterangan resminya.

Read More

Penelitian baru dari Ipsos Business Consulting mengungkapkan bahwa perusahaan-perusahaan aktif di China memiliki kesempatan untuk menciptakan keunggulan kompetitif yang cukup besar di pasar cetak 3D.

Wijaya mengatakan bahwa strategi yang paling sederhana untuk membangun industri cetak 3D di China adalah dengan mengkomunikasikan secara jelas aplikasi praktis dari teknologi ini kepada pengguna akhir.

Sebagian besar orang di Indonesia khususnya pelaku industri belum memiliki pengetahuan tentang aplikasi praktis mesin cetak 3D ataupun keterampilan yang diperlukan untuk mengoperasikan teknologi ini.

Bahkan di antara mereka yang sudah mengerti tentang teknologi ini, hanya sedikit yang memahami kebutuhan akan kemampuan mesin cetak 3D ini untuk pembuatan sebuah prototipe dan pembuatan komponen-komponen rumit.

Domy Halim, Country Manager Ipsos BC Indonesia, mencatat bahwa industri-industri manufaktur berteknologi tinggi dan penelitian serta pengembangan dalam bidang medis ternyata memanfaatkan teknologi mesin cetak 3D, sebagian besar terkonsentrasi di Amerika Serikat dan Eropa.

Kondisi di Indonesia saat ini terlihat semakin berkembang. Dalam hal ini, potensi cetak 3D di Indonesia yang belum terpenuhi akibat kurangnya informasi yang akurat dan tenaga kerja terampil di lapangan berbeda dengan situasi di China.

“Biaya yang relatif tinggi dan kompleksitas pengoperasian mesin cetak 3D membuat teknologi cetak 3D saat ini sulit dijangkau oleh para pengguna mainstream di sini”, tutur Juanri, Konsultan di Ipsos BC Indonesia.

Akibatnya, permintaan akan cetak 3D di Indonesia tersegmentasi ke pasar di industri kreatif, seperti penggemar berat mainan yang ingin membuat mainan plastik sendiri dan desainer-desainer avant garde yang ingin membuat prototipe-prototipe dari konsep desain mereka.

Dengan bantuan dorongan dari pemerintah Indonesia untuk mengembangkan industri kreatif dalam negeri, dapat di yakini bahwa teknologi cetak 3D akan dapat mengembangkan potensinya di sektor ini.

Related posts