Babatpost.com – Dampak kebakaran hutan yang meluas kemana – mana di daerah Sumatra dan Kalimantan, ternyata tidak hanya menjadi bahan pembicaraan di Indonesia saja. Bahkan hal ini pun juga diperbincangkan dibeberapa negara lain. Bencana asap yang telah terjadi lebih dari sebulan itu juga menjadi perbincangan masyarakat dunia. Hal itu terlihat dari pertanyaan yang diajukan beberapa wartawan internasional yang diundang Taiwan ke Taipei untuk menyaksikan peringatan Hari Nasional ke-104 atau yang disebut dengan ‘Double Tenth National Day’ yang jatuh pada Sabtu (10/10).
“Bagaimana asap di Indonesia? Kamu tinggal di Jakarta? Jakarta juga terkena asap?” tanya wartawati asal Swaziland, Afrika.
Dia pun menceritakan, di negaranya yang kecil memang soal asap di Indonesia tidak menjadi pembicaraan warga. Namun, beberapa media di sana memberitakan soal bencana tersebut dan dampaknya terhadap negara lain.
Pertanyaan yang sama diajukan oleh wartawan asal Belize, negara kecil yang berada di pesisir timur Amerika Tengah. Negara ini berbatasan dengan Meksiko dan Guatemala. “Hai saudaraku dari Indonesia. Kamu tidak sakit terkena asap?” tanyanya.
Seorang wartawan dari Jerman juga bertanya, mengapa bencana asap itu tidak selesai sampai saat ini. Namun, belum sempat dijawab, dia langsung berkesimpulan, “Mungkin karena di Indonesia sudah lama tidak hujan, ya?”
“Kebakaran hutan yang menimbulkan asap itu terjadi setiap tahun. Mengapa tidak bisa dihentikan? Apakah memang pelakunya tidak bisa ditangkap? Seharusnya hukum benar-benar ditegakkan,” ujar wartawan dari Australia.
Pertanyaan seputar bencana asap juga datang dari staf Kementerian Luar Negeri Taiwan yang selalu menemani rombongan wartawan selama berada di Taipei.
“Saya pernah ke Medan beberapa tahun lalu. Saya suka kota itu. Apakah kota itu terkena asap juga?” tanyanya.
Wartawan dari Singapura dan Malaysia yang hanya mendengar pertanyaan-pertanyaan itu hanya bisa tersenyum. Namun, mereka juga sesekali ikut membantu menjelaskan seputar bencana tersebut. Mereka juga mendapat pertanyaan bertubi-tubi tentang kondisi negara mereka akibat asap dari Indonesia.
“Asap di Kuala Lumpur tebal sekali. Beberapa warga harus menggunakan masker jika hendak ke luar. Tapi, terkadang, udara tiba-tiba bersih. Mungkin angin yang membawa asap tidak bertiup ke arah KL atau ada hujan di lokasi hutan yang terbakar,” ujar wartawan asal Malaysia.
Wartawati dari Singapura bertanya-tanya, mengapa pemerintah Indonesia tidak langsung menerima bantuan dari negara lain untuk mengatasi bencana asap itu. Setelah jatuh korban dan banyak warga yang sakit, pemerintah baru bersedia menerima bantuan negara lain.
Dia pun menceritakan warga di Singapura kerap kesulitan untuk beraktivitas jika asap yang menyelimuti negara kota itu sangat pekat. Sejumlah sekolah beberapa kali meliburkan aktivitas belajar agar para murid tidak menderita sakit.